Selasa, 25 Oktober 2011

SomeDay...


Someday, these tears will stop running
Someday, the darkness in front of me will dissipate
The warmth of the sun shall dry my tears

Facing my tired appearance, little by little
I’m getting tired as well
Want to give it all up, all the hard things,
these dreams of mine all this while
Compared to what I have, what I am lacking is more
Every time I think of this, both my legs lose strength
and I give up halfway

Someday, this tears will stop running
Someday, this darkness in front of me will dissipate
The warmth of the sun shall dry my tears
“It’s okay”, I comfort myself like this
I persevered like this every day and little by little I became timid
While telling myself to believe in me,
I’ve become unable to believe in myself
Right now, how much longer
I’m able to hold out, I can’t tell

As long as I patiently wait,
Someday, it will come
like no matter how long the nights,
the sun always rises
My aching heart, will also someday heal
Right now, help me God, please help me
I was alone, and I was still able to fight it;
little by little I lost my faith

Someday, this tears will stop running
Someday, this darkness in front of me will dissipate
The warmth of the sun shall dry my tears

As long as I patiently wait,
Someday, it will come
like no matter how long the nights, the sun always rises
My aching heart, will also someday heal

Someday...someday

Sabtu, 22 Oktober 2011

Penderita autisme memiliki variasi genetik dari DNA yang berpengaruh pada sel otak.

Autisme adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini belum diketahui
penyebabnya dan masih dilakukan penelitian mendalam untuk menelaahnya.
Salah satu penelitian terbaru mengenai autisme menemukan para penderita autis memiliki gen
umum dengan variasi yang berbeda. Temuan gen tersebut nantinya bisa memudahkan
diagnosis dan mengembangkan terapi serta pencegahan terjadinya autisme pada anak.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal Nature ini membandingkan gen dari ribuan
penderita autisme dengan ribuan orang normal. Hasil dari penelitian menunjukkan, sebagian
besar penderita autisme memiliki variasi genetik dari DNA mereka yang berpengaruh pada
hubungan antarsel otak.
Para peneliti juga mengungkapkan adanya hubungan antarautisme dengan ‘kesalahan kecil’
pada segmen DNA yang terdapat sel komunikasi di dalamnya.
Meskipun temuan tentang hubungan penyebab autis dengan DNA bukan untuk pertama
kalinya, sampai saat ini belum ditemukan cara mencegahnya.

Tidak ada sakit yang tidak ada obatnya...Wallahu'alam bissawabb..^^

Nyasar ga sih??

haaiiii..hahaha..dah lama w g buka nie blog lagi..
walaupun awalnya nie blog cma buat tugas doank, tpi blh dunk w crita2 dsni...
w ga tau knp hrus make judul diatas tu...
yang w pikirin ma judul tu cuma identitas w dlam kuliah w...
sebenernya w nyasar g iia??w jg bingung jwabnya..
klu secara minat cie w sangat2 yakin ma pilihan w...
tapi tiap kali da yang nanya ma w ttg rncana w slnjutnya stlah slsai kul tu yang membwt w bingung..
bnyak planing yang ada di otak w...cuma w blum bisa ngejelasin k orng gmn planing w tu..
yang akhirnya stiap kali orang nanya kg gtu w cma bsa jwb...terserah allah ajja nanti...hohoho

klo dipikir2..kberadaan w skrang hmpir tepat dgn pa yg prnah w rncanain wktu w SMP n SMA..
mungkn krn skrang w kum mpunyai bnyk info ttg planing2 w tu klie iia..jdinya rada bingung klu da yg nanya kya gtu..hahaha..brarti mulai skrang w hrus lbih yakin ma plihan w..wlaupun kdang2
bnyak yg mnghlani planing2 w nie...hohoho..doakan sja smoga w bner2 kga nyasar dah..
Do The BEST 4 EVERYTHING...^^
Hwaitttingg...!!!!

Sabtu, 30 April 2011

Mudah-mudahan dterima tugass Q....^_^

Maaf kalau ada kesalahan...
untuk masing-masing gambar dari spesies dapat dilihat di softfile saya atau dapat dicari sendiri...
Inilah hasil yang terbaik yang bisa saya berikan ke semuanya...
semoga bermanfat untuk kita semua...
Go Green!!!!
 

Spesies lain dari Equisetum

1.Equisetum palustre (Paku ekor kuda rawa)


Berat bercabang, datar diatapi ekor kuda menyukai tempat basah. Batangnya bersifat monomorfik. Rongga pusatnya kecil, biasanya hanya 1/6-1/3 diameter batang. Saluran Vallekular (saluran samping) hampir sama besar berongga pusat. Memiliki batang yang steril dengan ujung yang panjang meruncing dan tipis naik di atas cabang atasnya datar. Subur Batang 2-3 memperluas segmen atas cabang paling atas, diatapi dengan kerucut. Daun selubung memanjang, 4-9 mm x 2-5 mm, hijau dengan panjang (2-5 mm) sempit,bergerigi hitam, dengan garis putih. Pertama cabang segmen jauh lebih pendek daripada segmen berikutnya; bergergi dengan selubung yang sempit.

2.Equisetum scirpoides


Memiliki Batang yang tegak atau bersujud, berongga, tersegmentasi, kasar muncul, dan berwarna hijau dengan panjang 6 cm-10 cm. Ruasnya terpisah sekitar 4 cm dengan segmen yang ditandai oleh garis abu-abu pucat pasi yang steril dan batangnya subur. Bentuknya Memutar dan melengkung, memiliki Percabangan yang jarang. Memiliki Daun selubung yang kecil, 1-2.5mm × 0.75-1.5mm, dengan tiga gigi, gelap dengan garis putih. Ujungnya memiliki panjang yang biasanya 1 cm dengan kuncup runcing yang tajam, berada di batang pendek di ujung batang subur. Memiliki yang Spora hijau dan bersifat sferis.

3.Equisetum sylvaticum



Memiliki Batang yang dimorfik, tegak. Batangnya berwarna hijau dan steril, mempunyai percabangan yang padat, tingginya sekitar 18 m. Awalnya batang yang Subur tidak bercabang dan kurang klorofil, menjadi hijau dan bercabang setelah spora dilepaskan dan kerucutnya layu dan jatuh jauh. Meskipun terlihat sangat banyak seperti batang steril pada titik ini, mereka tetap agak kecil tetapi dengan selubung yang lebih besar (Pengukuran lain dari pada tinggi umumnya melebihi orang-orang dari batang steril) selubung Daun panjang 10-25 mm, gigi menyatu ke dalam lobus coklat kemerahan 4 -15 mm. Cabang halus, melengkung, menyebar ke bengkok, 4-5 miring, di lingkaran yang teratur, ruas pertama lebih lama dari selubung batang bagian yang terawat, yaitu sekitar 5-9 mm. Gigi sempit, menunjuk, menyebar. Memiliki Rimpang yang mengkilat, coklat muda, halus, ditutupi dengan rambut, kadang-kadang terdapat seperti bantalan umbi.


4.Equisetum variegatum



Memiliki Batang yang berwarna hijau tua, tegak, lurus, dan agak kaku, seperti cemara memiliki rongga tengah 1/3 atau kurang dari diameter batangnya, memiliki saluran velekular yang besar. Akarnya berwarna hitam dan sedikit kecoklatan. Memiliki kuncup spora yang runcing dan dapat mengeluarkan spora pada musim semi.


5.Equisetum hyemale


Pada spesies ini hanya terdapat satu tipe batang yaitu batang hijau berongga yang menghasilkan bentukan seperti kerucut pada bagian ujungnya (apeks), sehingga batang ini berperan ganda baik sebagai batang generatif maupun vegetatif. Memiliki Spora yang terkumpul pada bentukan tertentu seperti kerucut yang berada pada bagian apeks dari batang. Kerucut ini berisi poros sentral utama yang terspesialisasi dengan struktur penghasil dan penunjang sporangium, dinamakan sporangiofor, terbentuk di gelungan-gelungan tersebut. Masing-masing sporangiofor terdiri dari lempengan heksagonal, menempel pada kerucut dengan bantuan tangkai pendek (Large, 2006: 151).

Manfaat

Seperti pada tumbuhan paku lainnya, jenis paku ekor kuda juga dikenal karena kegunaannya sebagai obat. Di Indonesia batang paku ekor kuda ini digunakan sebagai obat sakit otot atau sakit tulang dengan cara membuatnya sebagai param. Berdasarkan beberapa hasil penelitian dikatakan bahwa “ tumbuhan ini mengandung asam kersik dan kalium yang tinggi, oleh karena itu di Eropa tumbuhan ini dipakai pula sebagai obat diuretik”(Large, 2006: 152). Disamping sebagai obat, tumbuhan ini mempunyai keistimewaan yang tidak dijumpai pada jenis paku lainnya, yaitu sebagai alat pembersih pisau, garpu dan sendok. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan silikanya yang tinggi pada tanaman tersebut (Fried, 2005: 336).


Daftar Pustaka

Campbell, Neil A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga
Dasuki, Ahmad Undang. 1991. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB
Fried, George H. 2005. Teori dan Soal-Soal Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Hauke, R.L. 1966. A systematic study of Equisetum. Nova Hedwigia 13: 81-109.
Holttum, R.E. 1959. Flora Malesiana Seri II-Pteridophyta Ferns and Ferns ALLIES. Netherland.
Large, M. F. 2006. Devitalisation of imported horsetail (Equisetum hyemale). New Zealand Journal of Crop and Horticultural Science, Vol. 34: 151-153. New Zealand.
Lubis, Siti Rahmah. 2009. Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Tesis Tidak Diterbitkan. Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Mader, Sylvia S. 2001. Biology 7th Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.
Randy, dkk. 1996. Botany Visual Resource Library. New York: The McGraw-Hill Companies.
Stern, Kingsley R. 2003. Introductory Plant Biology. New York: The McGraw-Hill Companies

Jenis-Jenis Spesies Dari Equisetum


Berikut ini adalah contoh spesies dari Eqiusetum: 
1. Equisetum arvense
    Memiliki Batang Sterilnya bergabung (panjangnya sekitar 1 mm dan diameternya 1 / 24 - 1 / 16 mm), berongga, 6-19 beralur, biasanya tegak, dukung hingga 20 cabang ramping, tingginya 2 mm -24 mm dan mengakhiri pada suatu titik, panjang Daun seperti skala telanjang, gugur, mencolok, di ujungnya melingkar dan tersambung di pangkalan mereka.
    2. Equisetum fluviatile

    Batangnya ; tegak, berongga, dan halus, tingginya sekitar 36 mm, luasnya ¼ mm. Ruas sekitar 2 cm terpisah dari batang, terdapat di pegunungan datar dan tidak jelas. Daun selubung erat menggenggam, 4-10 mm x 4-10 mm, berwarna hijau, bergerigi hitam dengan 12-24 sempit 2-3 mm, kadang-kadang dengan perbatasan putih sempit. Cabang-cabang sangat bervariasi jumlahnya , jika ada. Berbentuk , melingkar, halus, ramping, dan berongga, variabel panjang. cabang segmen pertama jauh lebih pendek daripada segmen berikutnya. Kerucut berasal pendek dan tumpul ujungnya; panjangnya sekitar 1 mm. Akarnya berongga, kemerahan, ukuran yang sama seperti batang; lebar merayap.

    1. Equisetum laevigatum

    Batangnya tegak, hijau, saling berhubungan, beralur dengan 10-32 perabungan, halus, biasanya tidak bercabang, sampai dengan tinggi 5 m. Daun pelindung hijau, memanjang, 7-15 × 3-9mm, daun berkurang menjadi 10-32 kecil,bergerigi hitam dengan batas tepi putih, sisik segitiga mengelilingi batang pada setiap sendinya. panjang ujungnya sampai dengan 1 mm, agak lebih luas daripada batang, bulat dengan, ujung tumpul, ditutup dengan kecil, seperti titik jarum. Memiliki Spora hijau, sferis.

    EQUISETUM



    Paku Equisetum atau paku ekor kuda merupakan anggota dari divisi Sphenophyta. Paku ekor kuda adalah garis keturunan tumbuhan tak berbiji kuno lainnya yang beralih sampai ke radiasi tumbuhan vaskuler awal pada masa Devon. Kelompok tersebut mencapai masa kejayaannya selam masa Karboniferus, Ketika banyak spesiesnya tumbuh hingga setinggi 15 cm. Yang bertahan hidup dari divisi tumbuhan ini hanyalah sekitar 15 spesies dari genus tunggal yang tersebar sangat luas. Equisetum adalah yang paling umum ditemukan di Bumi Belahan Utara. Kata Equisetum berasal dari kata equus yang berarti kuda dan saeta yang berarti rambut tebal dalam bahasa Latin. Sehingga tumbuhan yang termasuk genus ini disebut juga paku ekor kuda. Spesies dari genus ini umumnya tumbuh di lingkungan yang basah seperti kolam dangkal, daerah pinggiran sungai, atau daerah rawa (Campbell, 2003:165).

    Menurut Stern (2003: 405) Eqiusetum biasanya tumbuh dengan tinggi kurang dari 1,3 meter (4 kaki), tetapi pada beberapa di daerah tropis dan pantai hutan tropis di California tingginya dapat melebihi 4,6 meter (15 kaki). Terdapat cabang, mereka biasanya di tumbuh secara berkala sepanjang mereka berhubungan dengan batang. Kedua cabang dan spesies yang tidak bercabang memiliki daun yang sangat kecil (mikroskopis). Daun ini melebur bersama di pangkalan mereka, membentuk leher. Warnanya hijau ketika mereka pertama kali muncul, tapi mereka akan segera layu dan memutih, dan hampir semua proses fotosintesis terjadi di batang.

    Menurut Holttum (1959: 581) menyatakan bahwa “marga Equisetum menuat kira-kira 25 jenis yang sebagiannya hidup di darat dan sebagian hidup di rawa-rawa”.
    Klasifikasi
    Smith (1955) dalam Dasuki (1991: 169) Klasifikasi dari Equisetum ialah sebagai berikut:
    Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
        Divisi: Pteridophyta (paku-pakuan)
            Kelas: Equisetopsida
                Ordo: Equisetales
                    Famili: Eqisetaceae
                        Genus: Equisetum
    Dari hasil penelitian diketahui bahwa “kelas Equisetopsida terdiri dari 3 ordo, yaitu Ordo Equisetales, Ordo Sphenophyllales, dan Ordo Protoarticulatales” (Lubis, 2009: 25).
    Deskripsi Morfologi
    1. Batang
    Tumbuhan ini mempunyai batang merayap dalam tanah yaitu semacam rizom dengan cabang-cabang yang tegak, biasanya bercabang-cabang yang tegak itu berumur satu tahun saja. Di dalam batang terdapat tiga macam saluran, yaitu (Dasuki, 1991: 170):
    1. Saluran pusat, merupakan saluran yang terletak di tengah-tengah batang. Tetapi pada batang yang masih muda saluran ini belum terdapat salurtan pusatnya, demikian juga pada batang yang ada di dalam tanah.
    2. Saluran karnial, terletak di sebelah dalam dari ikatan pembuluh. Saluran ini merupakn lingkaran dan pada tiap-tiap saluran letaknya bertepatan denagn rigi-rigi pada permukaan batang.
    3. Saluran valekular, saluran ini letaknya di dalam korteks yaitu di sebelah luar dan berseling dengan saluran karnial. Saluran pusat dan karnial berfungsi untuk penyimpanan air, sedang saluran valekuler berfungsi untuk menyimpan udara.
    Pada buku-buku batangnya terdapat karangan daun yang hanya menyerupai sisik saja.
    1. Daun
    Daunnya meruncing pada bagian ujungnya dengan satu berkas pengangkut yang kecil. Karangan daun kebawah berlekatan dengan suatu sarung yang menyelubungi batang. Banyaknya daun tergantung dari pada besarnya batang, tetapi karena daun-daun tersebut amat kecil maka yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis adalah batangnya yang berwarna hijau. Cabang-cabang batang tidak keluar dari ketiak daun melainkan keluar dari antara dun-daun. Ada jenis yang batangnya tidak bercabang dan baru bercabang apabila ujungnya dihilangkan. Jenis yang mempunyai percabangan banyak adalah jenis yang paling primitif, misalnya E.arvense, sebaliknya jenis yang tidak bercabang dianggap jenis yang sudah agak maju (Dasuki, 1991: 171).
    1. Akar
    Akar dari Equisetum sangat kecil dan halus terdapat pada buku-buku dari rizome atau pada pangkal batang. Diantara anggota Equisetum terdapat beberapa jenis yang mempunyai semacam umbi untuk menghadapi kondisi yang buruk.

    Sistem Reproduksi
    Sistem reproduksi pada Equisetum ialah sporangiumnya terdapat pada sporangiosfor yang tidak lain adalah sporofil. Karena pendeknya ruas-ruas pendukung sporofil maka rangkaian tersebut menyerupai suatu kerucut di ujung batang. Sporofil atau sporangiosfor berbentuk perisai dengan satu kaki di tengah dan beberapa sporangium (5-10) berbentuk kantung pada sisi bawah. Spoeangium berasal dari sebuah sel pada permukaan, karena pertumbuhan dari jaringan tengah sporangia terdesak ke bawah sehingga akhirnya terdapat pada sisi bawah dan mengelilingi tangkai (Mader, 2001: 565).
    Spora mempunyai dinding yang terdiri atas endo dan eksosoprangium, dan disamping itu masih mempunyai perisporium yang berlapis-lapis. Lapisan perisporium yang paling luar terdiri atas dua pita sejajar yang dalam keadaan basah membalut spora. Pita itu ujungnya agak melebar meperti lidah. Jika spora menjadi kering, pita itu terlepas dari gulungannya, akan tetapi di tengah-tengahnya tetap melekat pada eksosporium. Dengan adanya pita atau yang dinamakan kepala kaptera yang memperlihatkan gerakan higioskopik itu (Dasuki, 1991:172).
    Strobili biasanya panjangnya sekitar 2 sampai 4 cm (0,75 sampai 1,5 inci). Berbentuk heksagonal, seperti piring dovetailing pada permukaan srobilus yang memberikan tampilan dari permukaan berbentuk elips. Segi enam masing-masing menandai puncak sporangiospore yang memiliki pemanjangan 5 sampai 10 sporangia yang saling terhubung. Batang dari sporangiophores melekat pada poros tengah dari strobilus. Sporangia mengelilingi tangkai sporangiophore dan berada titik ke dalam. sporangia ini tersembunyi tidak terlihat sampai jatuh apabila sporangiophores terpisah sedikit. Spora ini akan dilepaskan (Stern, 2003: 407).

    Siklus Hidup
    Siklus hidup dari Equisetum terdiri dari tahap sporofit dan gametofit. Pada tahap sporofit, tunas fertil yang didalamnya terdapat strobilus dan si dalam strobilus terdapat kantung-kantung sporangiospore yang nantinya akan mengeluarkan spora dari sporangium. Selanjutnya terjadi tahap meiosis untuk memproduksi spora dan berkembang menjadi Rhizoid. Pada Rhizoid nanti akan menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. Gamet jantan (sperm) dihasilkan oleh Antheridium, sedangkan gamet betina (sel telur) dihasilkan oleh Archegonium. Pada tempat yang cocok keduanya akan bersatu ( fertilisasi) dan tumbuh menjadi zigot yang merupakan gametofit dan berkembang menjadi tunas yang vegetatif. Gambar dari silkus hidup Equisetum ialah sebagai berikut (Randy dkk, 1996):




    Kunci Identifikasi
    Menurut Hauke ( 1966: 81) Kunci Identifikasi dari Equisetum ialah sebagai berikut:


    1 pemanjangan ujung batang hanya terjadi 1 tahun atau lebih, biasanya dengan lingkaran yang teratur dari cabangnya; permukaan stomata, tersebar atau bergerombol; bagian ujungnya membulat.
    1a Subg. Equisetum
    + Ujung batang tetap melakukan pemanjangan lebih dari setahun (kecuali beberapa Equisetum laevigatum), biasanya tidak bercabang; stomatanya tenggelam, dalam suatu garis; bagian ujungnya tirus.
    1b Subg. Hippochaete





    2 Ujung batang tidak bercabang.
    (3)
    +
    Ujung batang bercabang dengan cabang yang bergelung.



    (8)




    3 (2) Ujung batnag berwarna hijau.
    (4)
    + Ujung batang tidak berwarna hijau.
    (5)




    4 (3) Daunnya persegi dilihat dari permukaan; bergerigi lebih dari 11 per daunnya, seringkali seluruhnya berwarna hitam atau dengan dibatasi oleh garis putih, 2-3 mm.
    1 Equisetum fluviatile
    + Daunnya memanjang jika dilihat dari permukaan; bergerigi lebih sedikit dari 11 per daunnya, dengan dibatasi oleh garis putih yang menonjol dan gelap ditengahnya, 2-5 mm.
    2 Equisetum palustre




    5 (3) Daunnya bergerigi kemerah-merahan, tipis, berlekatan menjadi 3-4 bagian yang besar.
    6 Equisetum slyvaticum
    + Gerigi daunnya berwarna hitam atau coklat, keras, sebagian atau bergabung menjadi lebih dari 4 grup kecil.
    (6)




    6 (5) Ujung batang dengan stomata, secara terus-menerus menjadi hijau dan bercabang.
    7 Equisetum pratense
    + Ujung batang kekurangan stomata, mati setelah melepaskan sporanya.
    (7)




    7 (6) Daun yang bergerigi lebih dari 14.
    3 Equisetum telmateia
    + Daun yang bergerigi kurang dari 14.
    4 Equisetum arvense




    8 (2) Diantara tangkainya dari tiap cabang lebih pendek daripada bagian ujung batangnya; cabangnya membentuk lembah yang membulat.
    (9)
    + Diantara tangkainya dari tap cabang sama atau lebih panjang daripada bagian ujung batangnya; cabangnya membentuk lembah yang menyalurkan.
    (11)




    9 (8) Cabang-cabangnya keras, berkerut rabung.
    3 Equisetum telmateia
    + Cabang-cabangnya lemah, bulat rabung.
    (10)




    10 (9) Daunnya persegi jika dilihat dari permukaan; bergerigi lebih dari 11 per daun, gelap, adakalanya dengan dibatasi oleh garis putih, 2-3 mm.
    1 Equisetum fluviatile
    + Daunnya memanjang jika dilihat dari permukaan; bergerigi lebih sedikit dari 11 per daunnya, dengan garis putih yang menonjol dan gelap ditengahnya, 2-5 mm.
    2 Equisetum palustre




    11 (8) Ujung batang daunnya kemerah-merahan, tipis, berdekatan dalam 3-4 grup besar; cabang batangnya juga bercabang.
    6 Equisetum sylvaticum
    + Ujung batang daunnya gelap, keras, sebangian bergabung dalam lebih dari 4 grup kecil; cabang batangnya tidak bercabang.
    (12)




    12 (11) Cabang daun yang bergerigi kuat; cabangnya menyebar.
    7 Equisetum pratense
    + Cabang daun yang bergerigi tipis; cabangnya membubung.
    (13)




    13 (12) Lingkaran dari cabangnya sedikit dengan diantara tangkai pertamanya lebih jauh dari pada daunnya; sporanya berwarna hijau, berbentuk bola.
    4 Equisetum arvense
    + Lingkaran dari cabangnya sedikit dengan diantara tangkai pertamanya lebih dekat sama ke daun; sporanya putih, bentuknya tidak serasi.
    5 Equisetum xlitorale




    14 Ujung cabang batangnya teratur; adakalanya garis stomatanya rangkap.
    8 Equisetum ramosissimum
    + Ujung yang tidak bercabang atau cabangnya menyebar; garis stomatanya selalu tunggal.
    (15)




    15 (14) Puncak kerucutnya membulat; Cone apex rounded; membulat setiap tahunnya.
    9 Equisetum laevigatum
    + Puncak kerucutnya tajam; ujung batangnya tetap hijau.
    (16)




    16 (15) Sporanya putih, tidak teratur bentuknya.
    (17)
    + Sporanya hijau, berbentuk bola.
    (19)




    17 (16) Daunnya hijau, bergerigi keras.
    14 Equisetum xnelsonii
    + Daunnya gelap-bergaris; bergerigi keras atau lemah.
    (18)




    18 (17) Bergerigi lebih dari 14 atau lebih sedikit per daunnya, keras.
    13 Equisetum xmackaii
    + Bergerigi lebih dari 14 per daunnya,biasanya lemah.
    11 Equisetum xferrissii




    19 (16) Daun-daunnya gelap-bergaris pada tangkainya dati batang; bergerigi 14 atau lebih dari per daunnya, biasanya lemah; terlihat persambungannya.
    10 Equisetum hyemale
    + Daun-daunnya hijau atau bergaris samar-samar pada dekat tangkainya dari dasar batang; bergerigi32 atau lebih desikit per daunnya, biasanya kuat, lemah dalam beberapa spesies; tidak terlihat persambungannya.
    (20)




    20 (19) Bergerigi 3-32 per daunnya; persambungan batang sama seperti bergerigi; ujung batangnya lurus dan kuat.
    (21)
    + Bergerigi 3 per daunnya; batangnya 6 bersambungan; ujung batangnya tidak lurus dan berbelit-belit.
    15 Equisetum scirpoides




    21 (20) Daunnya bergerigi selalu lemah; ujung tangkainya membulat ke arah apikal dengan kasar ujungnya; perambungan batangnya lurus atau cembung.
    9 Equisetum lsevigatum
    + Daunnya bergerigi selalu kuat seluruhnya; ujung apikalnya tajam; kadang kala beralur pada berambungan batangnya.
    12 Equisetum variegatum