Sabtu, 30 April 2011

Spesies lain dari Equisetum

1.Equisetum palustre (Paku ekor kuda rawa)


Berat bercabang, datar diatapi ekor kuda menyukai tempat basah. Batangnya bersifat monomorfik. Rongga pusatnya kecil, biasanya hanya 1/6-1/3 diameter batang. Saluran Vallekular (saluran samping) hampir sama besar berongga pusat. Memiliki batang yang steril dengan ujung yang panjang meruncing dan tipis naik di atas cabang atasnya datar. Subur Batang 2-3 memperluas segmen atas cabang paling atas, diatapi dengan kerucut. Daun selubung memanjang, 4-9 mm x 2-5 mm, hijau dengan panjang (2-5 mm) sempit,bergerigi hitam, dengan garis putih. Pertama cabang segmen jauh lebih pendek daripada segmen berikutnya; bergergi dengan selubung yang sempit.

2.Equisetum scirpoides


Memiliki Batang yang tegak atau bersujud, berongga, tersegmentasi, kasar muncul, dan berwarna hijau dengan panjang 6 cm-10 cm. Ruasnya terpisah sekitar 4 cm dengan segmen yang ditandai oleh garis abu-abu pucat pasi yang steril dan batangnya subur. Bentuknya Memutar dan melengkung, memiliki Percabangan yang jarang. Memiliki Daun selubung yang kecil, 1-2.5mm × 0.75-1.5mm, dengan tiga gigi, gelap dengan garis putih. Ujungnya memiliki panjang yang biasanya 1 cm dengan kuncup runcing yang tajam, berada di batang pendek di ujung batang subur. Memiliki yang Spora hijau dan bersifat sferis.

3.Equisetum sylvaticum



Memiliki Batang yang dimorfik, tegak. Batangnya berwarna hijau dan steril, mempunyai percabangan yang padat, tingginya sekitar 18 m. Awalnya batang yang Subur tidak bercabang dan kurang klorofil, menjadi hijau dan bercabang setelah spora dilepaskan dan kerucutnya layu dan jatuh jauh. Meskipun terlihat sangat banyak seperti batang steril pada titik ini, mereka tetap agak kecil tetapi dengan selubung yang lebih besar (Pengukuran lain dari pada tinggi umumnya melebihi orang-orang dari batang steril) selubung Daun panjang 10-25 mm, gigi menyatu ke dalam lobus coklat kemerahan 4 -15 mm. Cabang halus, melengkung, menyebar ke bengkok, 4-5 miring, di lingkaran yang teratur, ruas pertama lebih lama dari selubung batang bagian yang terawat, yaitu sekitar 5-9 mm. Gigi sempit, menunjuk, menyebar. Memiliki Rimpang yang mengkilat, coklat muda, halus, ditutupi dengan rambut, kadang-kadang terdapat seperti bantalan umbi.


4.Equisetum variegatum



Memiliki Batang yang berwarna hijau tua, tegak, lurus, dan agak kaku, seperti cemara memiliki rongga tengah 1/3 atau kurang dari diameter batangnya, memiliki saluran velekular yang besar. Akarnya berwarna hitam dan sedikit kecoklatan. Memiliki kuncup spora yang runcing dan dapat mengeluarkan spora pada musim semi.


5.Equisetum hyemale


Pada spesies ini hanya terdapat satu tipe batang yaitu batang hijau berongga yang menghasilkan bentukan seperti kerucut pada bagian ujungnya (apeks), sehingga batang ini berperan ganda baik sebagai batang generatif maupun vegetatif. Memiliki Spora yang terkumpul pada bentukan tertentu seperti kerucut yang berada pada bagian apeks dari batang. Kerucut ini berisi poros sentral utama yang terspesialisasi dengan struktur penghasil dan penunjang sporangium, dinamakan sporangiofor, terbentuk di gelungan-gelungan tersebut. Masing-masing sporangiofor terdiri dari lempengan heksagonal, menempel pada kerucut dengan bantuan tangkai pendek (Large, 2006: 151).

Manfaat

Seperti pada tumbuhan paku lainnya, jenis paku ekor kuda juga dikenal karena kegunaannya sebagai obat. Di Indonesia batang paku ekor kuda ini digunakan sebagai obat sakit otot atau sakit tulang dengan cara membuatnya sebagai param. Berdasarkan beberapa hasil penelitian dikatakan bahwa “ tumbuhan ini mengandung asam kersik dan kalium yang tinggi, oleh karena itu di Eropa tumbuhan ini dipakai pula sebagai obat diuretik”(Large, 2006: 152). Disamping sebagai obat, tumbuhan ini mempunyai keistimewaan yang tidak dijumpai pada jenis paku lainnya, yaitu sebagai alat pembersih pisau, garpu dan sendok. Hal ini disebabkan karena adanya kandungan silikanya yang tinggi pada tanaman tersebut (Fried, 2005: 336).


Daftar Pustaka

Campbell, Neil A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga
Dasuki, Ahmad Undang. 1991. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB
Fried, George H. 2005. Teori dan Soal-Soal Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Hauke, R.L. 1966. A systematic study of Equisetum. Nova Hedwigia 13: 81-109.
Holttum, R.E. 1959. Flora Malesiana Seri II-Pteridophyta Ferns and Ferns ALLIES. Netherland.
Large, M. F. 2006. Devitalisation of imported horsetail (Equisetum hyemale). New Zealand Journal of Crop and Horticultural Science, Vol. 34: 151-153. New Zealand.
Lubis, Siti Rahmah. 2009. Keanekaragaman dan Pola Distribusi Tumbuhan Paku Di Hutan Wisata Alam Taman Eden Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara. Tesis Tidak Diterbitkan. Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Mader, Sylvia S. 2001. Biology 7th Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.
Randy, dkk. 1996. Botany Visual Resource Library. New York: The McGraw-Hill Companies.
Stern, Kingsley R. 2003. Introductory Plant Biology. New York: The McGraw-Hill Companies

Tidak ada komentar:

Posting Komentar